# 006: Perlukah Menunggu Imam Mahdi untuk Mendirikan Khilafah?

>> Tuesday, January 4, 2011


Kalaupun ada hadis yang menunjukkan Imam Mahdi akan mendirikan Khilafah, maka hadis tersebut tetap tidak boleh dijadikan alasan untuk menunggu berdirinya Khilafah. Sebab, berjuang untuk menegakkan Khilafah hukumnya tetap wajib bagi kaum Muslim, sebagaimana hadis Nabi saw.:

مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةِ اللهِ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَحُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Siapa saja yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat tanpa mempunyai hujah. Siapa saja yang mati, sedangkan di atas pundaknya tidak terdapat baiat, maka dia mati dalam keadaan jahiliah. (HR Muslim).1

Manthûq hadis di atas menyatakan, “Siapa saja yang mati, ketika Khilafah sudah ada, dan di atas pundaknya tidak ada baiat, maka dia mati dalam keadaan jahiliah.” Atau “Siapa yang mati, ketika Khilafah belum ada, dan dia tidak berjuang untuk mewujudkannya, sehingga di atas pundaknya ada baiat, maka dia pun mati dalam keadaan mati jahiliah.”

Kerananya, kewajiban tersebut tidak akan gugur hanya dengan menunggu datangnya Imam Mahdi.

Kedua: Memang banyak hadis yang menuturkan akan lahirnya Imam Mahdi, namun tidak satu pun dari hadis-hadis tersebut menyatakan bahwa Imam Mahdilah yang akan mendirikan Khilafah. Hadis-hadis tersebut hanya menyatakan bahwa Imam Mahdi adalah seorang khalifah yang soleh, yang akan memerintah dengan adil, dan akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman dan penyimpangan.  Abi Said al-Hudhri ra. berkata, bahwa Nabi saw. pernah bersabda:

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَمْتَلِيءَ الأَرْضُ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا، ثُمَّ يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ أَوْ عِتْرَتِيْ فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَعُدْوَانًا

Hari Kiamat tidak akan tiba, kecuali setelah bumi ini dipenuhi dengan kezaliman dan permusuhan. Setelah itu, lahirlah seorang lelaki dari kalangan keluargaku (Ahlul Bait), atau keturunanku, sehingga dia memenuhi dunia ini dengan keseimbangan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman dan permusuhan. (HR Ibn Hibban).2

Dalam riwayat lain, Abdullah menuturkan bahwa Nabi Rasulullah saw. bersabda:

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمْلِكَ النَّاسَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِىءُ اسْمَهُ اسْمِي وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمُ أَبِيْ فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا وَعَدْلاً

Hari Kiamat tidak akan tiba, kecuali setelah manusia ini diperintah oleh seorang lelaki dari kalangan keluargaku (Ahlul Bait), yang namanya sama dengan namaku, dan nama bapaknya juga sama dengan nama bapakku. Dia kemudian memenuhi dunia ini dengan keseimbangan dan keadilan. (HR Ibn Hibban).3

Ketiga: Hanya saja, terdapat riwayat yang menyatakan, bahwa Imam Mahdi tersebut lahir setelah berdirinya Khilafah, bukan sebelumnya. Ummu Salamah menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

يَكُوْنُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيْفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ المَدِيْنَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيْهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيَخْرُجُوْنَهُ وَهُوَ كاَرِهٌ فَيُبَايِعُوْنَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنَ الشَّامِ فَيُخْسِفَ بِهِمْ بِالبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالمَدِيْنَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أهْلِ العِرَاقِ فَيُبَايِعُوْنَهُ، ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ الشَّامِ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيُظْهِرُوْنَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةِ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيْمَةَ كَلْبٍ فَيُقَسِّمُ المَالَ وَيَعْمَلُ فِي النَّاسِ.. وَيُلْقِيَ الإِسْلاَمَ بِجِرَانِهِ فِي الأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِيْنَ ثُمَّ يَتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الُمسْلِمُوْنَ وَفِي رِوَايَةٍ فَيَلْبَثُ تِسْعَ سِنِيْنَ

Akan muncul pertikaian saat kematian seorang khalifah. Kemudian seorang lelaki penduduk Madinah lari diri ke Makkah. Penduduk Makkah pun mendatanginya, seraya memintanya dengan paksa untuk keluar dari rumahnya, sementara dia tidak mau. Lalu mereka membaiatnya di antara Rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Disiapkanlah pasukan dari Syam untuknya hingga pasukan tersebut meraih kemenangan di Baida’, tempat antara Makkah dan Madinah. Tatkala orang-orang melihatnya, dia pun didatangi oleh para tokoh Syam dan kepala suku dari Irak, dan mereka pun membaiatnya. Kemudian muncul seorang (musuh) dari Syam, yang paman-pamannya dari suku Kalb. Dia pun mengirimkan pasukan untuk menghadapi mereka, lalu Allah memenangkannya atas pasukan dari Syam tersebut, Pasukan itu adalah pasukan (yang didorong oleh ambisi) suku Kalb dan itulah kekalahan bagi orang yang tidak mendapatkan ghanîmah Kalb.  Al-Mahdi lalu membagi-bagikan harta-harta tersebut dan bekerja di tengah-tengah masyarakat… menyampaikan Islam ke wilayah di sekitarnya. Tidak lama kemudian, selama tujuh tahun, dia pun meninggal dunia, dan dishalatkan oleh kaum Muslim (Dalam riwayat lain dinyatakan, tidak lama kemudian, selama sembilan tahun).  (HR ath-Thabrani)

Hadis di atas dengan jelas menyatakan, bahawa akan lahir khalifah baru setelah meninggalnya khalifah sebelumnya. Sebagaimana yang dinyatakan dalam ungkapan:

يَكُوْنُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيْفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ

Akan muncul pertikaian saat kematian seorang khalifah. Kemudian keluarlah seorang lelaki..” (HR ath-Thabrani). 

Dengan demikian, pandangan yang menyatakan bahwa Imam Mahdilah yang akan mendirikan Khilafah Rasyidah Kedua jelas merupakan pandangan yang lemah. Demikian juga pandangan yang menyatakan bahwa tidak perlu berjuang untuk menegakkan Khilafah, kerana tugas itu sudah diemban oleh Imam Mahdi, sehingga kaum Muslim sekarang tinggal menunggu kedatangannya, adalah juga pandangan yang tidak berdasar.

Jadi, jelas sekali bahawa Imam Mahdi bukanlah orang yang mendirikan Khilafah, dan dia bukanlah khalifah yang pertama dalam Khilafah Rasyidah Kedua yang insyaAllah akan segera berdiri tidak lama lagi.

Kerana itulah, tidak ada pilihan lain bagi setiap Muslim yang khawatir akan mati dalam keadaan jahiliah, selain bangkit dan berjuang bersama-sama para pejuang syariah dan Khilafah hingga syariah dan Khilafah tersebut benar-benar tegak di muka bumi ini. Allâhu akbar! [Ust Hafidz Abdurrahman]

Catatan kaki:

1    Lihat, Muslim, Sahih Muslim, juz , hal.

2    Lihat, Ibn Hibban, Sahih Ibn Hibban, Mu’assasah ar-Risalah, Beirut, cetakan II, 1993, juz XV, hal. 236. 

3    Lihat, Ibn Hibban, Sahih Ibn Hibban, Mu’assasah ar-Risalah, Beirut, cetakan II, 1993, juz XV, hal. 236. 

sumber: HTI

Read more...

# 005: Sistem Uqubat - Penyelesai Masalah Sosial & Pembentuk Keperibadian Islamiyyah

>> Wednesday, October 27, 2010

Pada hari ahad lepas (24 Oktober 2010), saya berpeluang menghadirikan diri ke sebuah seminar Intelektual, Fikrah Islam, iaitu Munaaqashah (diskusi). Munaaqashah ini diadakan pada sebulan sekali. Munaaqashah pada kali ini bertajuk, “Sistem Uqubat Menjamin Keselamatan Negara”. Walaupun saya terlewat menghadiri ke seminar tersebut, saya bersyukur kerana tidak terlepas peluang untuk mendengar sendiri pembentangan pertama. Hal ini kerana,  pada kebiasaannya pembentang pertama dalam ceramahnya akan mengambarkan realiti yang berlaku pada hari ini iaitu waqi’ semasa dalam permasalahan umat. Kemudian itu,  tanggungjawab pembentang kedua adalah menjelaskan penyelesaian melalui nas-nas al-Quran, as-Sunnah, dan ijtihad para Khalifah ketika zaman pemerintahannya.

Percayakah anda, bahawa permasalah sosial yang melanda masyarakat hari ini dapat diselesaikan dengan sistem uqubat? Anda harus percaya dan kena yakin atas sistem Uqubat dan lainnya yang telah dikhabarkan oleh Allah SWT.

Dalam catatan sejarah, sanksi (uqubat) di dalam Islam telah terbukti mampu mencegah kejahatan, menjamin keamanan, keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat. Sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku jenayah berfungsi sebagai “zawajir” (pencegah). Ia sangat efektif mencegah orang-orang yang hendak melakukan perbuatan dosa dan kejahatan. Fungsi tersebut dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya:

Dalam qisas (hukuman mati bagi pembunuh sengaja) itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa. 
(Qs. al-Baqarah [2]: 179).

Memang, pembunuh yang diqisas itu tidak akan hidup. Namun, apabila ia menyedari sebelum membunuh bahawa ia nantinya akan dibunuh juga, nescaya ia tidak akan melakukan pembenuhan tersebut. Sekiranya mangsa korbannya hidup, ia pun tetap hidup. Masyarakat yang menyaksikan penerapan hukum qisas akan lebih tinggi kesedaran hukumnya dan tidak akan berani membunuh, sehingga kelangsungan hidup masyarakat akan terjamin. Konsep ini boleh dibandingkan dengan hukuman penjara bagi pembunuh yang ternyata melahirkan persepsi masyarakat yang menganggap bahawa nyawa manusia begitu murah sebagaimana kita saksikan dalam paparan berbagai  media massa setiap hari.
 
Untuk menilai sesebuah hukum, khususnya sanksi (uqubat) yang merupakan hukum syari’at, hendaknya di tinjau secara objektif dan menyeluruh sesuai dengan fungsi dan hukum itu bagi keamanan dan ketenteraman masyarakat manusia. Bagi orang-orang non Islam, kiranya lebih bijaksana kalau sebelum menilai mereka mempelajari fakta hukum Islam tentang sistem Uqubat tersebut dan boleh dibandingkan keampuhannya dengan sistem hukuman lain yang paling ampuh. Bagi kaum muslimin yang mukmin kepada Allah Yang Maha Bijaksana dan Yang Paling Tahu tentang apa yang paling manusiawi bagi manusia, sikap yang paling tepat adalah menerima keputusan hukum dari Allah SWT dalam nas-nas syarak tanpa sandaran.

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
(Qs. al-Ahzab [33]: 36).

Kesucian kehormatan manusia dilindungi oleh hukum syara’ yang benar-benar efektif dalam mencegah terjadinya pelanggaran kehormatan dengan merejam para pezina dengan disaksikan oleh masyarakat 

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. 
(Qs. an-Nûr [24]: 2). 

Apabila sistem ini tidak diterapkan sepenuhnya . Maka gegala seks bebas, perkosaan, dan lain-lain akan bermaharajalela kerana hukum kufur yang sedia ada ini terlau ringan sanksinya bagi si pelaku,.

Pembunuh, rompakan dan sebagainya.  Islam mengenakan sanksi yang tidak tanggungtanggung, yaitu: dihukum mati dan disalib mayatnya di jalanan apabila si pelaku tersebut membunuh dan mencuri barang mangsanya, dihukum mati saja jika si pelaku itu membunuh tapi tidak sempat mengambil barang mangsa, dan penjahat itu dipotong tangan dan kakinya saling silang bila ia hanya merompok barang mangsanya 

Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,
(Qs. al-Mâ’idah [5]: 33).

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
 (Qs. al-Mâ’idah [5]: 38).

Kita boleh bandingkan dengan semakin meningkatnya kes jenayah yang tidak dikenakan hukuman yang berat daripada pihak penguasa.

Hukum Uqubat Merupakan Penebus Dosa.

Yang menarik dalam sistem hukum Islam, uqubat yang diterapkan oleh Khalifah kepada para pelanggar hukum yang menyedari segala kekhilafan dan kesalahannya itu, akan menjadi “jawabir” (penebus) atas dosa dan siksaanya di akhirat kelak. Rasulullah SAW menjelaskan hal ini dalam sabdanya:

“Kalian berbai’at kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak membuat-buat dusta yang kalian ada-adakan sendiri dan tidak menolak melakukan perbuatan yang ma’ruf. Siapa saja menepatinya maka Allah akan menyediakan pahala; dan siapa saja yang melanggarnya kemudian dihukum di dunia maka hukuman itu akan menjadi penebus (siksa akhirat) baginya. Dan siapa saja yang melanggarnya kemudian Allah menutupinya (lolos dari hukuman dunia), maka urusan itu diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak maka Dia akan menyiksanya; dan jika Dia berkehendak maka akan memaafkannya.”
[HR Bukhari dari ‘Ubadah bin Shamit].


Dimensi kehidupan dalam pandangan Islam adalah dunia dan akhirat, dimana dunia itu adalah ladang bagi akhirat. Siapa di dunia menabur kejahatan di dunia akan menuai azab nereka yang pedih tiada terhingga di akhirat. Namun, sebelum mati, Islam masih memberikan kesempatan kepada orang-orang yang gagal di dunia dengan tindak kejahatannya itu untuk berjaya di akhirat dengan cara taubat nasuha. Bukti kukuh dari taubat nasuha seorang pelanggar hukum dalam Islam adalah kesediaanya menerima uqubat yang dijatuhkan kepadanya. Oleh karena itu, tidak hairan kalau para pelanggar hukum di masa Rasulullah SAW umumnya datang sendiri mengakui kesalahan dan minta disucikan dari dosa mereka. Setelah pelaksanaan hukum rajam terhadap Maiz, Rasulullah saw. bersabda:

“…taubat Maiz sepenuh taubat manusia seluruh dunia…Bhawa sesungguhnya sekarang Maiz sedang berenang di sungai-sungai di surga.” [HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan at-Tirmidzi].
Mari kita bandingkan mana yang lebih baik si pelaku  yang menebus dosa dan meninggalkan dunia sehingga masyarakat pun menjadi aman dan ia selamat di akhirat ataukah si pelaku yang menebus penjara dengan wang (prinsip kapitalis) dan kembali ke masyarakat, mengulangi perbuatan, dan tidak ada jaminan baginya selamat di akhirat? Yang perlu kita catat, hukum Islam hanya layak untuk manusia yang berfikir.

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.
(Qs. al-Baqarah [2]: 179).

Read more...

# 004: Hukum Zakat Pendapatan

>> Friday, October 22, 2010

Pertanyaan :

Ustaz, mohon diperjelaskan tentang hukum zakat pendapatan?

Jawapan :

Zakat pendapatan dikenali dengan istilah zakah rawatib al-muwazhaffin (zakat gaji pekerja) atau zakah kasb al-‘amal wa al-mihan al-hurrah (zakat hasil pekerjaan). [Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh az-Zakah, I/497; Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II/865; Ali as-Salus, Mausu’ah al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Mu’ashirah, hal. 522; Al-Yazid Ar-Radhi, Zakah Rawatib Al-Muwazhaffin, hal. 17]

Zakat pendapatan menurut penggagasnya didefinisikan sebagai zakat yang dikenakan ke atas setiap pekerjaan atau bidang profesional tertentu, baik yang dilakukan secara persendirian ataupun secara bersama (syarikat/perkongsian), yang mendatangkan hasil pendapatan sehingga memenuhi syarat kadar nisab seperti profesion kedoktoran, juru runding, dekan, arkitek dan sebagainya. [Didin Hafidhuddin, Panduan Praktik Tentang Zakat, Infaq, Sedekah, hal. 103; Zakat dalam Perekonomian Moden, hal. 95]

Menurut al-Qardhawi, nisab bagi zakat pendapatan adalah apabila ia mencapai nilai 85 gram emas (bersamaan 20 dinar emas) dan kadar zakat yang wajib dikeluarkan daripadanya adalah berjumlah 2.5%. Zakat pendapatan dikeluarkan terus apabila gaji diterima atau setelah dihitung untuk tempoh waktu tertentu. Contoh kiraan, jika seseorang mendapat gaji sebanyak RM5000 sebulan, maka dia boleh sama ada mengeluarkan zakatnya pada kadar 2.5% setiap bulan, atau menunaikannya sekaligus untuk bayaran setahun berjumlah 12 x 2.5% x RM5000. [Didin Hafidhuddin, ibid, hal. 104]

Landasan fiqh (at-takyif al-fiqhi) zakat pendapatan ini menurut Al-Qardhawi adalah berdasarkan perbuatan (af'al) sahabat yang mengeluarkan zakat untuk al-maal al-mustafaad (harta perolehan). Al-maal al-mustafaad adalah setiap harta baru yang diperoleh oleh seseorang Muslim melalui salah satu cara pemilikan yang disyariatkan seperti pewarisan, hibah (hadiah), upah pekerjaan (gaji) dan yang seumpama dengannya. Al-Qardhawi mengambil pendapat sebahagian sahabat (seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud) dan sebahagian tabi’in (seperti Az-Zuhri, Hasan Basri dan Makhul) yang mengeluarkan zakat dari al-maal al-mustafaad ketika saat harta tersebut diterima, tanpa mensyaratkan haul (dimiliki atau disimpan selama satu tahun qamariyah). Bahkan al-Qardhawi melemahkan hadis yang mewajibkan haul bagi harta zakat, iaitu hadis daripada Ali bin Abi Thalib r.a., bahawa Nabi SAW bersabda, “Tidak ada zakat pada harta sehinggalah berlalu ke atasnya haul” [HR Abu Dawud][Yusuf Al-Qaradhawi, ibid., I/491-502; Wahbah az-Zuhaili, ibid., II/866]

Menurut pentarjihan kami, zakat pendapatan tidak mempunyai dalil yang kuat  yang boleh membuatkan hukumnya menjadi wajib. Hujah kami :

Pertama, dalil utama yang digunakan tentang zakat pendapatan adalah ijtihad sahabat mengenai al-maal al-mustafaad yang tidak mensyaratkan haul. Padahal ijtihad sahabat (mazhab al-sahabi) bukanlah dalil syariah yang kuat (mu’tabar). [Taqiyuddin an-Nabhani, al-Syakhsiyah al-Islamiyah, III/418]

Kedua, pendapat yang lebih kuat (rajih) mengenai al-maal al-mustafaad adalah pendapat jumhur ulama iaitu harta tersebut tidak wajib untuk dikeluarkan zakatnya sehinggalah memenuhi syarat berlalunya haul (dimiliki atau disimpan selama 12 bulan qamariyah). Inilah pendapat sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radiallahuanhum. Ini juga adalah pendapat Imam mazhab yang empat. [Al-Yazid Ar-Radhi, Zakah Rawatib Al-Muwazhaffin, hal.19; Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II/866]

Ketiga, penilaian Al-Qardhawi yang mengatakan bahawa hadis tentang haul merupakan hadis lemah (dhaif) adalah tidak tepat. Al-Qardhawi sebenarnya mengikut pendapat Imam Ibnu Hazm yang melemahkan hadis haul daripada jalur periwayatan Ali bin Abi Thalib r.a, kerana dikatakan terdapat perawi bernama Jarir bin Hazim yang dianggap sebagai lemah. [Al-Qaradhawi, Fiqh az-Zakah, I/494; Ibnu Hazm, Al-Muhalla, VI/70]. Sedangkan  Ibnu Hazm telah pun membetulkan (ralat) penilaiannya dan mengakui bahawa Jarir bin Hazim adalah perawi hadis yang sahih. [Ibnu Hazm, Al-Muhalla, VI/74]

Kesimpulannya, zakat pendapatan adalah tidak wajib di dalam Islam kerana dalil-dalilnya adalah sangat lemah. Wang hasil pendapatan (gaji) adalah tidak sah untuk dikeluarkan zakat ketika ia menerima gaji tersebut. Sebaliknya wang lebihan daripada pendapatan tersebut perlu digabungkan terlebih dahulu dengan wang yang sudah dimiliki sebelum ini (simpanan). Setelah cukup syarat jumlahnya iaitu mencapai nisab dan berlalu haul ke atasnya, maka barulah ia wajib untuk dikeluarkan zakat pada kadar 2.5%. [Ali as-Salus, Mausu’ah al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Mu’ashirah, hal. 523]. 

Wallahu a’lam

Muhammad Siddiq al-Jawi

Read more...

# 003: Hukum Mengenai Ahlul Zhimmah

>> Thursday, October 21, 2010

Daulah Khilafah Islamiyyah secara berkesinambungan telah memerintah selama lebih 1300 tahun dan wilayah kekuasaannya meliputi hampir dua pertiga dunia. Dalam perjalanannya yang cukup lama ini, Islam telah diterima oleh pelbagai kaum dan keadilannya telah dikecapi oleh pelbagai bangsa di dunia ini.

Rahsia kejayaan Islam dalam mengembangkan sayapnya ini terletak pada aqidahnya yang benar dan bertepatan dengan fitrah manusia. Kemurnian aqidah Islam mudah diterima oleh pelbagai bangsa. Setelah menganut Islam, mereka bukan setakat meyakini, malah menjadi pengembang aqidah dan Deen ini.


Bagi yang kekal dalam kekafiran, mereka membayar jizyah, sebagai ketundukan mereka kepada Daulah Islam dan mereka mengecapi keadilan Islam sebagai warganegara Daulah. Mereka ini digelar sebagai Ahlul Zhimmah atau kadangkala disebut sebagai kafir zhimmi. Asal katanya adalah azh-zhimmah yang bererti al-‘ahd atau perjanjian. Islam telah banyak menjelaskan tentang hukum Ahlul Zhimmah. Bahkan ada ulama yang menulis kitab khusus mengenai hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan Ahlul Zhimmah. Misalnya Ibn Qayyim al-Jawziyah yang menulis kitab Ahkam Ahlul Zhimmah.

Hukum-hukum yang bersangkutan dengan Ahlul Zhimmah merupakan suatu subjek yang luas.

(a) Ahlul Zhimmah tidak boleh dipaksa masuk Islam. Rasulullah pernah menulis surat untuk penduduk Yemen,
“Siapa sahaja yang beragama Yahudi atau Nasrani, dia tidak boleh dipaksa meninggalkannya dan wajib atasnya jizyah” [HR Abu Ubaid]. Hukum ini berlaku untuk golongan kafir secara umumnya, termasuk yang beragama Hindu, Buddha mahupun Majusi. Mereka bebas menganut aqidah mereka dan menjalankan ibadah menurut keyakinan mereka.

(b) Ahlul Zhimmah wajib membayar jizyah kepada Daulah.Jizyah dipungut dari Ahlul Zhimmah lelaki, baligh dan mampu; Abu Ubaid radhiAllahu ‘anhu meriwayatkan bahawa Khalifah Umar al-Khattab pernah mengirim surat kepada Amir al-Ajnad bahawa jizyah tidak diwajibkan ke atas perempuan, anak-anak dan mereka yang belum baligh. Bagi yang tidak mampu kerana cacat atau tua, Baitul Mal akan membantu pembayaran jizyah mereka. Pada saat pembayaran jizyah, Negara wajib melakukannya secara baik dan tidak boleh disertai penyiksaan atau kekerasan.

(c) Dibolehkan bagi kaum Muslimin memakan sembelihan dan bagi seorang Muslim untuk menikahi wanita Ahlul Zhimmah jika mereka adalah ahlul-kitab iaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ini adalah berdasarkan firman Allah, “Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan al-Kitab halal bagimu dan makanan (sembelihan) kamu halal bagi mereka. Demikian pula wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu”
[TMQ al-Maidah(5):5]
. Namun begitu, jika Ahlul Zhimmah bukannya ahlul kitab, maka sembelihan dan wanita mereka adalah haram bagi seorang Muslim. Sebagai tambahan, adalah haram bagi seorang Muslimah untuk menikahi seorang lelaki ahlul kitab.

(d) Boleh dilakukan muamalah antara kaum Muslimin dengan Ahlul Zhimmah dalam berbagai bentuknya. Ini termasuklah jual beli, sewa menyewa, persyarikatan, pajak gadai dan sebagainya. Rasulullah pernah melakukan muamalah dengan kaum Yahudi di Khaibar di mana kaum Yahudi itu mendapatkan separuh dari hasil kurmanya. Cuma yang perlu diperhatikan di sini adalah bahawa setiap jenis muamalah ini mestilah menurut hukum Islam, bukannya hukum kufur.

(e) Ahlul Zhimmah adalah rakyat Daulah Islamiyyah. Mereka mendapatkan hak sebagaimana rakyat lainnya yang Muslim. Mereka mendapat hak perlindungan, pendidikan, keamanan, kesihatan dan diperlakukan secara baik dalam segala bentuk muamalah. Dilarang menyakiti Ahlu Zhimmah. Kedudukan mereka sama di hadapan penguasa dan hakim. Tidak boleh wujud sebarang perbezaan apa pun antara mereka dengan rakyat yang Muslim, kecuali dalam hal yang telah dijelaskan syara’. Negara Islam wajib berlaku adil kepada mereka sepertimana ia berlaku adil kepada rakyatnya yang Muslim.

Hukum-hakam ini telah direalisasikan selama 13 abad dan selama itu, kesejahteraan dan keharmonian hakiki telah dikecapi oleh kaum Muslimin dan kafir zhimmi. Pelbagai peristiwa di dalam sejarah telah membuktikan hakikat ini. Ketika kaum Salibiyyin Nasrani ingin menghancurkan kaum Muslimin, mereka mengharapkan dua perkara yang membantu mereka. Salah satu darinya adalah harapan bahawa golongan Nasrani yang tinggal di dalam Daulah akan membantu mereka menghancurkan kaum Muslimin. Namun apa yang berlaku adalah amat memeranjatkan mereka. Golongan Nasrani (yang ada di dalam Daulah) telah bersama-sama dengan kaum Muslimin menentang kaum Salibiyyin. Bagi golongan Nasrani ini, mereka menganggap bahawa Daulah ini adalah tanah tumpah darah mereka, mereka hidup bersama-sama kaum Muslimin dengan kesejahteraan dan keadilan Islam. Mereka yakin hanya Islam sahajalah yang dapat menjamin hak-hak mereka dan mereka benar-benar hidup harmoni bersama kaum Muslimin di bawah naungan Islam. 

Dalam konteks ini, al-Qurafi menyebut:
‘Adalah wajib bagi kaum Muslimin untuk melayan golongan zhimmi dengan kelembutan, membantu golongan fakir antara mereka, memberi makan bagi yang lapar antara mereka, memberi pakaian bagi yang tidak berpakaian antara mereka dan menyeru mereka dengan kata-kata yang baik. Kaum Muslimin juga harus sama-sama menanggung penderitaan jiran ahlul zhimmah mereka, meskipun sekiranya penderitaan itu berjaya diatasi; ini adalah sebahagian dari sifat pengasih yang perlu ada, bukan kerana mengagungkan mereka. Kaum Muslimin juga haruslah memberikan nasihat yang baik dalam setiap urusan kepada mereka, menghalang sesiapapun yang cuba mencederakan mereka serta menjaga harta benda, keluarga dan kemuliaan mereka. Pertahankan juga segala hak mereka dan layanilah mereka dengan penuh kemuliaan dan akhlak yang mulia’ [Daulah Islamiyyah, Taqiyuddin An-Nabhani].

Inilah layanan yang dijanjikan Daulah Islam kepada golongan kafir zhimmi. Banyak lagi catatan-catatan sejarah yang membuktikan kemaslahatan hakiki yang dinikmati oleh orang kafir yang hidup di dalam Daulah Khilafah, termasuklah yang ditulis oleh orang kafir itu sendiri, terutamanya para orientalis. Penerapan kaffah Islam oleh Rasulullah dan para Khalifah sesudahnya benar- benar telah membawa rahmat, keharmonian dan kesejahteraan kepada umat manusia sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah rahmat yang datang dari Zat Yang Mencipta manusia, alam dan kehidupan. Pencipta yang sepatutnya dan sewajibnya disembah oleh semua manusia. Barangsiapa yang menyekutukanNya, maka nerakalah tempat kembali yang paling sesuai untuknya. Rahmat yang telah hilang sejak runtuhnya Daulah Khilafah ini Insya Allah, akan kembali diturunkan olehNya, apabila Khilafah memerintah dunia sekali lagi dan menerapkan segala hukum-hakamNya. Di ketika dan saat itu, manusia akan berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah dan meninggalkan segala kekufuran. Semoga Allah menyegerakan kembalinya hari tersebut kepada kita. Amin ya Rabbal ’alamin.


Terima kasih kepada sahabat maya yang bertanya. Dan saya terang di weblog saya agar pembaca yang lain boleh berkongsi bersama. Dan, saya sudah link kan post ini ke dalam komen sahabat itu..

Soalan sahabat itu;
============
Ana setuju dengan pandangan anta, mengikut fakta sejarah negara Islam yang diasaskan oleh rasulullah dan dibawa oleh khalifah Islam dulu memungut cukai dari non muslim dan Islam dikenakan zakat. Bagaimana pula dengan masalah ini? Maaf atas soalan ini bukan nak berhujah tetapi untuk berkongsi ilmu.

Read more...

# 002: Sabar Itu Indah

>> Friday, October 8, 2010

Menghiasi dri dengan sifat sabar merupakan akhlaq orang-orang mulia. Mereka menghadapi kesulitan dnegna berlapang daa, tidak mudah menyerah, serta penuh kepercayaan diri. Kerana itu, jika kita tidak bersabar, apa lagi yan gboleh kita lakukan?

Apakah anda mempunyai penyelesaian yang lain selain daripada bersabar? Dan apakah anda mengetahui senjata lain selain daripada kesabaran untuk menghadapi persoalan hidup?



Suatu ketika seorang tokoh menghadapi berbagai musibah yang datang silih berganti dalam hidupnya dan juga berbagai kesulitan yang berlumba untuk menghancurkannya. Setiap kali selesai daripada satu kesulitan, kesulitan lain pula datang mengunjunginya. Meskipun demikian, ternyata ia mampu menepis segala kesulitannya itu dengan kesabaran dan menjadikan kepercayaannya terhadap Allah sebagai perisai diri daripada kehancuran.

Demikianlah yang dilakukan oleh orang-orang mulia dan terhormat itu dalam berjuang melawan setiap dugaan dan mencampakkan semua kesulitan hidupnya terkapar di atas tanah.

Ketika beberapa orang sahabat menziarahi Abu Bakar RA yang sedang terbaring sakit, para sahabat berkata kepadanya: “Apakah perlu kami panggilkan seorang tabib untuk mengubatimu?” Jawab Abu Bakar RA: “Seorang tabib telah memeriksaku!” Para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dikatakan olehnya?” Jawab Abu Bakar RA: “Innii fa’aalun lima uriid”(sesungguhnya aku boleh melakukan apa sahaja yang aku mahu).

Bersabarlah! Akan tetapi, ketahuilah bahawa anda tidak mampu bersikap sabar, kecuali atas pertolongan dan taufiq dari Allah. Bersabarlah sebagaimana kesabaran orang yang yakin akan datang pertolongan Allah, orang yang tahu akan sebaik-baik tempat kembali, orang yang mengharapkan pahala, dan orang yang mengharapkan terhapusnya dosa. Bersabarlah, meskipun anda menghadapi berbagai persoalan hidup dan menghalangi jalan yang akan anda tempuhi. Sesungguhnya pertolongan akan datang setelah kesabaran, kelapangan akan datang setelah kesusahan dan kemudahan akan datang setelah kesulitan.

Saya telah membaca beberapa biografi tokoh terkenal di dunia ini, dan saya terpegun dengan besarnya kesabaran dan agungnya ketabahan mereka dalam menghadapi berbagai macam dugaan yang datang terus-menerus, bagaikan air dingin yang menitis diatas kepala mereka. Akan tetapi, daya tahanan mereka tetap-menerus, bagaikan kukuhnya gunung. Kebenaran menancap kuat ke dalam diri mereka dan mereka sedar bahawa waktu di dunia ini sangatlah singkat. Dan wajah mereka kembali bersinar memancarkan cahaya seiring dengan datangnya mentari kemenangan, keceriaan dan masa pertolongan. Bahkan ada di antara mereka yang tidak hanya cukup bersabar sahaja, namun justera itu menghadang semua bencana itu dan berteriak lantang di hadapan musibah-musibah itu sambil menyatakan tentangannya.

Read more...

# 001: Kuasai Ilmu Dalam Diri

>> Thursday, September 30, 2010

Semenjak dari kecil lagi manusia secara semulajadi akan cenderung untuk belajar atau memahami sesuatu menggunakan akal. Akal sentiasa ingin tahu dan memahami hukum alam. Setiap pengetahuan yang dipelajari oleh akal akan tersimpan di dalam otak menjadi ilmu. Ilmu yang diperolehi itulah yangg bakal membezakan tahap pemikiran setiap manusia.

Dari tadika hingglah SPM dulu. Tiap-tiap hari saya ulang-alik pergi sekolah tengok muka cikgu, buat kerja-rumah, ujian bulanan, peperiksaan pertengahan tahun dan akhir tahun. Sampai terlupa apa tujuan saya belajar, hinggalah lepas SPM. Sementara tunggu keputusan SPM, saya cuba-cuba cari kerja, sepenuh masa atau bukan baik didalam daerah atau diluar daerah. Tapi saya tak dapat kerja, tak ada kekosongan. Lagi pun mak dah pesan, tak perlu kerja sebab dia nak pergi haji masa itu.
Maka, saya tolong abah di kebun. Bermula dari situ aku terdedah dengan satu corak kehidupan baru. Pengalaman pertama mendapat duit dari hasil usaha dan idea sendiri. 'Survive' dalam dunia pokok-pokok. Tengok macamana pohon itu dimanfaatkan. Sebagai contoh, kulit pada batang pisang dijadikan tali pengikat & sebagainya.

Pernah suatu ketika, saya cakap-cakap dengan mak. Doakan saya cenderong perkara-perkara yang baik-baik. Walaupun halangannya seperti mmanjat tembok. Mak beritahu, mak tak kisah yang saya nak kerja apa pun, asalkn kerja itu aku minat. Tapi yang penting sekali, lengkapkan diri dengan ilmu yang mantap!! Pengetahuan yang mendalam. Akal yang bijak barulah kita boleh berjaya dan dihormati.

Sebabnya, jika kita terlalu minat akan sesuatu dan kita tiada ilmu untuk mengawal akal dan keinginan. Kita akan mudah hanyut.

Tetapi, jika kita minat akan sesuatu dan kita mengawal minat kita dengan ilmuuuu yang mantap. Insya-Allah satu hari kita pasti berjaya.

Seorang tukang cat  kereta mahupun kapal, jika tiada ilmu, tak menjadi punya. Macamana nak buat semburan pertama pada badan besi yang licin. Semua  itu kena ada ilmu & pengalaman. Sama seperti pencetak kertas. Apabila elektron bercas +ve bertemu dengan elektron bercas -ve. Ia akan 'melekat'. Kemungkinan mereka ini belajar dari hukum fizik petir =P.

Jika kita tengok Negara-negara yang berisiko dilanda angin taufan. Mereka membina rumah berasaskan kayu-kayan, metal-metal hanya pada bahagian asas sahaja. Kenapa?? Besi merupakn kondator terbaik pengaliran cas positif dan negatif yang menghasilkan tenaga 'penarik'. Mereka tahu semua ini, sebab mereka minat mengetahui tentang taufan. 

Banyak hikmah yang kita pelajari yang berada dilangit dan dibumi, bagaimana binatang diciptakan; penciptaan kapal selam dengan ikan puas. Helikopter dengan pepatung. Dan sebagainya.

Begitu juga dengn kaum nelayan mendapat ilmunya dari laut. Pemburu mendpat ilmunya dari hutan. Para ibu mendapat ilmunya di rumah dan ceruk dapur. Makcik/Pakcik 'cleaner' yang arif tentang sukatan cecair asid untuk membasuh lantai.

Jika semua-semua ilmu ini mereka dapat terjemahkan menjadi buku dan tulisan untuk menjadi rujukan generasi akan datang, sudah pasti ramai nelayan, pemburu, petani, ibu-ibu sudah memiliki Master atau PhD di dalam bidang yang mereka mahiri. Percaya tak??

Kegagalan ssuatu perkara bukanlah kayu pngukur orang itu cerdik atau tidak. Kecerdikan itu terjadi dari akal yang berfikir dan pengalaman itu merupakan 'guru' terbaik.

Hmm...

Saya rasa cukuplah setakat ini. Yang lain-lain itu, Allah dah kurniakan kalian akal. Pandai-pandailah fikir.. Wallahulam...

Read more...

  © Blogger template Webnolia by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP